Kuliner Nusantara


Garang Asem merupakan makanan tradisional khas Jawa Tengah. Garang asem adalah masakan olahan ayam berkuah santan yang dimasak menggunakan daun pisang dan didominasi oleh rasa asam dan pedas. Beberapa kota di provinsi Jawa Tengah memiliki makanan tradisional ini. Antara lain SemarangDemakKudusPati, dan Pekalongan.
Garang asem biasa disajikan sebagai lauk pendamping nasi, ditambah dengan tusukan ayam asam manis, tempe goreng, dan perkedel.
Makanan tradisional ini terbuat dari ayam yang sudah dipotong - potong menjadi bagian - bagian kecil, seperti dada, sayap, dan kepala. Potongan cabai dan belimbing sayur adalah bahan sumber rasa asam. Ayam yang digunakan adalah ayam kampung, karena ayam kampung akan terasa lebih lembut dan empuk dibanding ayam yang lain. Setelah itu dibungkus dengan daun pisang, diberi bumbu dan air secukupnya, dan di kukus selama kurang lebih 45 menit. Agar garang asem tidak bocor biasanya daun pisang dilapisi dengan plastik tahan panas di dalamnya.
Selain Semarang, kota lain di Jawa Tengah juga memiliki variasi cara penyajian makanan khas ini. Garang Asem dari Pekalongan misalnya, makanan khas ini tidak menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Makanan ini disajikan di atas pering dan tidak menggunakan pembungkus daun pisang sehingga dapat langsung disantap. Berbeda dengan garang asem dari Demak, garang asem Demak menggunakan pembungkus daun pisang.


GARANG ASEM

Bahan :
  √  1 ekor Ayam (785 gram), dipotong 24 bagian
  √  5 buah Cabai Hijau Besar, di iris miring
  √  25 buah Cabai Rawit utuh
  √  10 buah (200 gram) Belimbing Sayur, dipotong bulat 1 cm
  √  2 batang Daun Bawang, dipotong 1cm
  √  1 tangkai (25 gram), Kemangi diambil daunnya
  √  5 1/2 sendok teh Garam
  √  2 sendok makan Gula Merah, sisir
  √  1000 ml santan dari 1 butir Kelapa
  √  2 buah Serai, diiris
  √  3 lembar daun Salam disobek – sobek
  √  2 cm Lengkuas, diiris
  √  Daun Pisang untuk membungkus

Bumbu Halus :
  √  10 butir Bawang Merah
  √  5 siung Bawang Putih
  √  4 butir Kemiri Sangrai
  √  2 cm Kencur
  √  2 cm Jahe
  √  1 cm Kunyit (jangan terlalu banyak)
  √  1 sendok makan Ketumbar Bubuk 

Cara Pengolahan :
Campur ayam, bumbu halus, garam, dan gula merah. Remas – remas ayam. Diamkan 30 menit.
Masukkan semua bumbu dan santan kecuali serai, daun salam, dan lengkuas. Aduk rata.
Ambil 2 lembar daun pisang. Lapisi dengan plastik lebar. Letakkan potongan serai, daun salam, dan lengkuas.
Sendokan campuran ayam dan kuah santannya.
Bungkus tum dan semat dengan lidi.

Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama daerah asalnya Surabaya. Dalam bahasa Jawa kata cingur berarti "mulut", hal ini merujuk pada bahan irisan mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan ke dalam hidangan. Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah seperti timun, kerahi (krai, yaitu sejenis timun khas Jawa Timur), bengkuangmangga muda, nanaskedondong, kemudian ditambah lontongtahutempe, bendoyo, cingur, serta sayuran seperti kecambah/ taogekangkung, dan kacang panjang. Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang,air matang untuk sedikit mengencerkan, gula/gula merahcabaikacang tanah yang digoreng, bawang gorenggaram, dan irisan tipis pisang biji hijau yang masih muda (pisang klutuk). Semua saus/ bumbu dicampur dengan cara diulek, itu sebabnya rujak cingur juga sering disebut rujak ulek.
Dalam penyajiannya rujak cingur dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyajian 'biasa' dan 'matengan' (menyebut huruf e dalam kata matengan seperti menyebut huruf e dalam kata: seperti/ menyebut/ bendoyo). Penyajian 'biasa' atau umumnya, berupa semua bahan yang telah disebutkan di atas, sedangkan 'matengan' (matang, Jawa) hanya terdiri dari bahan-bahan matang saja; lontong, tahu goreng, tempe goreng,bendoyo (kerahi yang digodok) dan sayur (kangkung, kacang panjang, taoge) yang telah digodok. Tanpa ada bahan 'mentah'nya yaitu buah-buahan, karena pada dasarnya ada orang yang tidak menyukai buah-buahan. Keduanya memakai saus/ bumbu yang sama.
Makanan ini disebut rujak cingur karena bumbu olahan yang digunakan adalah petis udang dan irisan cingur. Hal ini yang membedakan dengan makanan rujak pada umumnya yang biasanya tanpa menggunakan bahan cingur tersebut. Rujak cingur biasa disajikan dengan tambahan kerupuk, dan dengan alas pincuk (daun pisang) atau piring.



RUJAK CINGUR

Bahan :
  √  1 buah (300 gram) Tahu Putih Cina
  √  1 buah (250 gram) Tempe
  √  1 ikat (175 gram) Kangkung, disiangi, direbus
  √  100 gram Taoge, direbus
  √  500 gram Cingur
  √  1 buah (150 gram) Ketimun, dipotong-potong
  √  1 buah (200 gram) Mangga mengkel, dipotong-potong
  √  1 buah (350 gram) Bengkuang, dipotong-potong
  √  5 buah Lontong
  √  3 sendok makan Bawang Merah Goreng untuk taburan
  √  100 gram Kerupuk Kanji
  √  Minyak untuk menggoreng

Bumbu Halus (Per Porsi) :
  √  1/2 buah (40 gram) Pisang Batu, diiris
  √  3 buah cabai Rawit Merah
  √  3 sendok makan Kacang Tanah
  √  2 1/2 sendok teh Mula Merah sisir
  √  2 siung Bawang Putih
  √  1/2 sendok teh Terasi, digoreng
  √  1/2 sendok teh Garam
  √  2 1/2 sendok makan Petis
  √  1 sendok makan Air Asam (dari 1 sendok teh Asam Jawa dan 1 sendok makan air)
  √  50 ml Air 

Cara Pengolahan :
Rebus cingur dengan 2 lembar daun salam, 2 cm jahe, 1 sendok teh garam, dan 1.500 ml air sampai empuk. Sisihkan.
Lumuri tempe dan tahu dalam 100 ml air dan 1 sendok teh garam. Goreng sampai matang.
Ulek, pisang batu, cabai rawit merah, kacang tanah, gula merah, bawang putih, terasi, dan garam.
Masukkan petis dan air asam. Ulek halus. Tuang air. Ulek rata.
Iris-iris tahu, tempe, cingur, ketimun, mangga, dan bengkuang diatas cobek.
Masukkan kangkung, taoge, dan irisan lontong. Aduk-aduk sampai rata.
Sajikan dengan taburan bawang merah goreng dan kerupuk kanji.

Soto Tangkar adalah makanan Betawi. Nama tangkar sendiri adalah sebutan untuk iga sapi dalam bahasa Betawi pada zaman penjajahan Belanda dan sampai sekarang masih dipergunakan, meskipun sudah jarang diketahui oleh generasi saat ini.
Menurut sejarahnya, pada zaman penjajahan Belanda, ketika para meneer belanda akan mengadakan pesta, mereka biasanya memotong sapi untuk pesta tersebut. Para meneer akan menyisahkan bagian-bagian tertentu dari sapi yang dipotong untuk diberikan kepada para pekerja diantaranya adalah, bagian kepala, bagian dalam (paru-paruususbabat, dll.) serta iga. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi hanya mampu membeli tangkar berupa potongan iga yang berdaging sedikit, karena bagian daging sapi yang lain sudah diambil oleh masyarakat penjajah Belanda.
Oleh para pekerja tersebut bagian-bagian itu diolah menjadi makanan yang beragam dan salah satu bagian yaitu iga diolah menjadi makanan yang khas, iga tersebut direbus atau dimasak selama kurang lebih dua jam, setelah itu dimasukkan bumbu atau rempah-rempah, seperti kunyitlada, daun serehdaun salam dan santan kelapa. Maka jadilah makanan yang berkuah yang disebut Soto Tangkar.


SOTO TANGKAR

Bahan :
  √  500 gram Kikil Sapi
  √  1.000 ml Air
  √  2 cm Jahe, dimemarkan
  √  5 cm Kayu Manis
  √  2 Lembar Daun Salam
  √  5 lembar Daun Jeruk, dibuang tulangnya
  √  3 Batang Serai, diambil putihnya, dimemarkan
  √  4 1/2 sdt Garam
  √  2 1/2 sdt Merica Bubuk
  √  4 sdt Gula Pasir
  √  1.500 ml Santan dari 1 butir kelapa
  √  3 sdm Minyak untuk menumis

Bumbu Halus :
  √  12 btr Bawang Merah
  √  5 siung Bawang Putih
  √  2 sdt Ketumbar
  √  2 cm Jahe
  √  2 cm Lengkuas
  √ 2 cm Kunyit, dibakar
  √ 5 butir Kemiri, disangrai
  √ 4 buah Cabai Merah Keriting

Bahan Pelengkap :
  √  2 buah tomat
  √  100 gram emping goreng
  √  3 sendok makan kecap manis
  √  4 buah jeruk limau
  √  1 batang daun bawang, diiris
  √  2 sendok makan bawang goreng 

Cara Pengolahan :
Presto air, kikil, dan jahe sampai matang 20 menit. Angkat. Ukur 600 ml air kaldunya.
Rebus lagi air kaldu beserta kikilnya sampai mendidih.
Panaskan minyak. Tumis bumbu halus, kayu manis, daun salam, daun jeruk, dan serai sampai harum.
Tuang ke rebusan kikil. Masak sampai empuk.
Masukkan santan, garam, merica bubuk, dan gula pasir. Masak sampai matang.
Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari Kota SemarangJawa Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan bandeng yang dibumbui dengan bawang putihkunyit dan garam.
Presto adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang timbul akan memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan bandeng terkenal memiliki banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang digemari karena dengan cara masak presto duri-duri ini menjadi sangat lunak.
Bandeng Presto ditemukan pada tahun 1977 oleh Hanna Budimulya yang berkelahiran Pati.[butuh rujukan] Pada awalnya Bandeng Presto dibuat dalam skala kecil untuk kalangan sempit saja. Namun karena digemari banyak orang, produksi Bandeng Presto semakin berkembang hingga akhirnya menjadi ikon besar Kota Semarang dan menjadi Oleh-oleh khas dari Kota Semarang.


BANDENG PRESTO

Bahan :
  √  1 kg Ikan Bandeng Segar
  √  350 ml Air
  √  Daun pisang untuk alas panci presto
  √  Minyak secukupnya untuk menggoreng

Bumbu:
  √  6 siung Bawang Merah
  √  6 siung Bawang Putih
  √  40 gr Kunyit
  √  100 gr Lengkuas yang diparut
  √  1 sdm Ketumbar, sangrai
  √  1 sdm Garam
  √  4 lbr Daun Salam

Cara Membuat :
Haluskan bawang merah, bawang putih, ketumbar sangrai, kunyit dan garam.
Campur bumbu yang dihaluskan dengan lengkuas parut, aduk rata
Bersihkan ikan bandeng, buang isi perutnya
Lumuri ikan bandeng dengan bumbu sampai semua permukaan lulit tertutup bumbu termasuk bagian perut ikan bandeng.
Letakkan daun pisang didasar panci presto
Masukkan ikan bandeng ke dalam panci presto, tata dan lapisi tiap tumpukan ikan bandeng dengan daun pisang supaya kulit ikan bandeng tidak saling lengket.
Masukkan daun salam dan isi panci dengan air sampai menutupi semua permukaan ikan bandeng
Tutup rapat panci presto dan masak bandengnya selama 20 menit sejak panci berdesis
Matikan api dan tunggu sampai suara desisnya hilang.
Keluarkan bandeng dari dalam panci, tiriskan.

Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang dapat ditemukan di Rumah Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di kalangan masyarakat Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara, seperti MalaysiaSingapuraBruneiFilipina, dan Thailand. Di daerah asalnya, Minangkabau, rendang disajikan dalam berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau secara umum, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.
Asal-usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas AndalasProf. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.”Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Kelahiran rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian termahsyur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya daging kurban membuat masyarakat Padang berlomba-lomba memasak rendang.
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, yaitu:
Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di RiauJambiMedan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitananulang tahunpernikahanbarzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran. Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.


RENDANG

Bahan :
  √  1 kg Daging Sapi Khas, potong sesuai selera
  √  1 liter Santan Kental
  √  1 liter Santan Encer
  √  2 batang Serai, memarkan
  √  4 lembar Daun Jeruk Purut
  √  2 lembar Daun Kunyit, ikat

Bumbu Halus :
  √  1 ons Cabai Merah Keriting
  √  20 siung Bawang Merah
  √  10 siung Bawang Putih
  √  5 buah Kemiri
  √  2 cm Jahe
  √  3 cm Laos
  √  Garam secukupnya

Cara Membuat :
Rebus santan encer bersama bumbu – bumbu yang telah dihaluskan bersama daun kunyit, batang serai, dan daun jeruk. sambil diaduk perlahan secara terus menerusagar tidak gosong hingga mendidih.
Masukkan daging yang telah dipotong-potong sebelumnya kemudian Aduk sesekali. Jika santan sudah mulai mengering tambahkan santan kental sedikit demi sedikit..
Masak dengan terus menerus diaduk hingga santan mengering dan mengeluarkan minyak. ada baiknya anda mengguunakan api kecil, hal ini bertujuan agar tidak cepat gosong.
Setelah matang, Rendang telah Siap untuk dihidangkan didalam piring saji.